Thursday, March 22, 2012

Jejak Pendapat Tentang Pengaruh RSBI dan SSN Terhadap Peningkatan Komitmen


Guru Pembaharu selama  satu bulan, sejak tanggal 10 November sampai dengan 10 Desember 2009, menggalang  jejak pendapat untuk menghimpun persepsi tentang pengaruh  penyelenggaraan program RSBI dan SSN terhadap penguatan komitmen pendidik dalam meningkatkan mutu pelayanan belajar.
Hasil jajak pendapat dari 61 pengunjung yang berpartisipasi, 39 % di antaranya menyatakan sangat setuju bahwa penyelenggaraan RSBI dan SSN memperkuat komitmen pendidik dalam meningkatkan mutu pelayanan belajar. Disusul oleh 34% suara pengunjung yang menyatakan setuju, 18% menyatakan kurang setuju dan 8 % suara menyatakan tidak setuju.

Data pada sampel yang sangat  kecil mengungkap  bahwa sebagian besar partisipan menyatakan bahwa program RSBI maupun SSN berpengaruh  positif pada pendidik sehingga berusaha meningkatkan komitmennya untuk memberikan pelayanan belajar yang bermutu. Sebanyak 73% partisipan menyatakan bahwa mereka setuju dan sangat setuju program tersebut mempengaruhi komitmennya untuk meningkatkan mutu. Hanya 27% yang lainnya menyatakan bahwa program itu kurang hingga tidak  berpengaruh pada guru di sekolah penyelenggara RSBI dan RSSN.
Hasil penelusuran sementara pada sampel kecil menandakan bahwa pada setiap sekolah penyelenggara program RSBI maupun RSSN belum tentu semua pendidik berpartisipasi positif dengan berusaha meningkatkan mutu pelayanan belajar sesuai standar yang  sekolah tetapkan. Secara empirik terpantau sebagaian pendidik pendidik bersikap kontra terhadap upaya peningkatan mutu yang sekolah selenggarakan.
Jika dipandang dari sisi proses inovasi,  sebagaimana diungkapkan oleh James W. Dearing, PhD dalam artikel Dissemination of Innovation: The Will to Change an Organization (http://xnet.kp.org/permanentejournal/sum08/innovation.html) , menyatakan bahwa organisasi yang inovatif lah yang dapat mewujudkan misinya. Organisasi yang inovatif selalu mempertahankan prestasinya secara konsisten. Konsistensinya selalu mendapat dukungan kapasitasnya dari dalam yang bangkit  melalui proses belajar. Lembaganya  berkembang karena menjadi  organisasi pembelajar.
Jika terdapat sekolah yang sebagian warganya belum memberikan dukungan secara konsisten terhadap peningkatan mutu, maka yang diperlukan adalah meningkatkan daya belajar sekolah itu untuk menjadi sekolah pembelajar dengan dukungan warga sekolah pembelajar pula.
Oleh karena itu, padangan seperti yang diunkapkan seorang Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Cecep Kusmana MS yang menilai kebijakan pengembangan sekolah berstandar internasional (SBI) dan rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) perlu ditinjau ulang, karena keberadaannya kontra produktif, sebagaimana dinyatakannya bahwa saya amati di lapangan SBI dan RSBI menjadi lahan untuk memungut dana sebanyak mungkin dari siswa, kata mantan dekan Fakultas Kehutanan IPB ini. Ia mencontohkan pada sejumlah sekolah di Kota dan Kabupaten Bogor yang telah ditetapkan sebagai SBI atau RSBI, pungutan dana dari masyarakat merajalela. Hal tersebut, menurut dia sangat dikeluhkan kalangan orang tua siswa (http://kristianwild.blogspot.com/2009/04/rsbi-sudah-mampukah.html).
Dari hasil penelusuran pada sampel kecil di atas dan dibandingkan dengan hasil pengamatan terhadap program yang sedang berproses  di sekolah adalah meningkatkan daya inovasi yang bangkit dari kekuatan belajar. Daya belajar sekolah perlu ditingkatkan.  Peningkatan daya inovasi ini diperlukan karena  beberapa contoh  lain  sebagaimana diungkapkan oleh  siswa-siswa  di Tarakan, Bali Utara, Jawa Tengah, dan beberapa sekolah di Jawa Barat, bahkan dari sebagian sekolah  di Jatim menyatakan bahwa mereka memperoleh manfaat yang sangat besar dengan adanya program RSBI. Salah satu manfaat yang mencolok adalah meluasnya konteks pendidikan yang semula berpikir dalam ruang lingkup lokal sekarang telah go internasional. Sebagian sekolah  berkembang dengan baik dengan tanpa memungut biaya dari masyarakat secara merajalela.
Memang pada beberapa sekolah tercatat keluhan seperti,  saya alami sendiri sebagai salah satu siswa RSBI di sekolah saya : SDM belum siap. Guru dan siswa belum siap. Hal tersebut tampak dalam  kegiatan belajar mengajar sehari – hari.  Guru RSBI bahkan belum siap berbahasa Inggris, dalam beberapa kasus bahkan pendidik belum lebih baik daripada siswanya. Bahasa yang digunakan masih Bahasa Indonesia.
Benar semua berproses, memerlukan waktu dan usaha yang lebih kuat, namun dalam beberapa fenomena didapat data bahwa perubahan prilaku siswa seperti dalam penggunaan bahasa Inggris, tingkat kerekatan siswa pada internet, bahkan sampai pada kolaborasi siswa pada interaksi dalam kegiatan internasional perubahannya sungguh dramatis. Jika ternyata masih ada yang belum terpengaruh ke arah yang lebih baik, maka yang perlu ditingkatkan adalah daya belajar warga sekolah(admin).

1 komentar:

Bambang Purwanto said...

asik sekali....baca blog ini. Hebat baru dua minggu, tampilan dan artikelnya luar biasa.Salam Sukses dari Bambang Ayah Salwa.
www.tiksmptb.multiply.com
www.tbmayahsalwa.multiply.com
www.dongengayah.multiply.com

Post a Comment

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.